1. Peter Says Denim
Peter Says Denim merupakan brand asal kota Bandung yang berdiri sejak bulan November 2008 dan pemiliknya adalah Peter Firmansyah. Pria asal Sumedang ini sejak SMA memang gemar untuk mengubek-ubek pakaian di pedangang kaki lima, tapi sekarang pria ini sudah berhasil membuat brand sendiri, dan terkenal di Luar Negeri.
Tak butuh waktu relatif lama. Semua itu mampu dicapai Peter hanya dalam waktu 1,5 tahun sejak ia membuka usahanya pada November 2008. Kini, jins, kaus, dan topi yang menggunakan merek Petersaysdenim, bahkan, dikenakan para personel kelompok musik di luar negeri.
Hasrat Peter terhadap busana bermutu tumbuh saat ia masih SMA. Peter yang selesai SMA lalu dia menjadi pegawai toko pada tahun 2003 di surfing industry yang membuat produk seperti Rip Curl, Volcom, Globe, hingga Rusty. Untuk mempromosikan brand produknya, Peter Firmasnyah memanfaatkan internet dengan cara memanfaatkan fungsi jejaring sosial di internet, seperti Facebook, Twitter, dan surat elektronik untuk promosi dan berkomunikasi dengan pengguna Petersaysdenim. Strategi lain yang bisa dilakukan Peter adalah dengan meng- endorse band-band lokal maupun internasional.
Kepandaian bergaul dan sedikit kemampuan marketing membuat brand PSD pun semakin berkibar.Ini merupakan salah satu kebanggan bagi masyarakat Indonesia, untuk bangga terhadap produk lokal, serta menjadi pembelajaran bagi para generasi muda Indonesia.
Distro yang mulai muncul pada tahun 90-an tetap eksis hingga kini. Salah satunya distro Airplane, di Jalan Aceh No 44, Bandung.
Dimotori oleh tiga sahabat yang senang berkreasi sendiri membuat T’shirt dan celana, Fiki Chikara Satari, Helvi, dan Colay, akhirnya mengusung merek Airplane. Dengan modal awal Rp 300 ribu, mereka pasarkan kaos buatan sendiri itu di lingkungan terbatas.
Melihat animo yang bagus, akhirnya pada 2001 atau tiga tahun setelah usahanya dirintis, Fiki dan dua sahabatnya menyewa sebuah tempat di Jalan Aceh 44. “Sewa awalnya dulu hanya Rp 6 juta per tahun, sekarang sudah Rp 60 juta per tahun,” ungkapnya.
Menurut Fiki, bertahan selama 10 tahun memang bukan hal yang mudah di tengah-tengah persaingan antara factory outlet dan mall-mall di Bandung. “Distro sendiri jumlahnya sudah mencapai 300-an. Biar merek kami tetap bisa eksis, kami harus melakukan inovasi terus,” ujarnya. Kini Airplane telah memasok ke 94 distro yang ada di Indonesia.
Sejak 2007, kata dia, Airplane memakai konsep season. Setiap empat bulan satu kali, dibuat tema khusus. “Untuk season awal tahun ini adalah ’seduce you good’. Kami ingin menjadikan awal tahun ini sangat menggoda, tentunya dalam konotasi yang baik,” tuturnya.
Tetap dengan mengusung model yang simpel, T’shirt, celana denim, hingga jaket semua dibuat sedikit ‘menggoda’. Menurut Direktur Kreatif Airplane Gino Herriansyah, warna yang mendominasi pada season kali ini adalah biru, merah, dan kuning. “Dengan adanya tema, memudahkan kami pada saat promosi,” cetus Gino.
Kini jumlah karyawan Airplane sudah mencapai 54 orang. Dengan keseriusan dan inovasi yang terus diasah, Fiki optimistis usahanya akan tetap bertahan di tengah persaingan usaha yang sudah tidak ramah l'agi.
Brand yang udah menapaki kakinya di blantika industri kreatif Indonesia sejak tahun 2003 silam ini sudah tidak diragukan lagi keberadaannya sebagai barometer clothingan di Indonesia, mengingat sudah luasnya marketing dan supporting mereka terhadap band dalam maupun luar negeri sebut saja kalau di Indonesia ada Thirteen, PWG dan Sweet As Revenge bahkan rumor mengatakan Sang Legendaris ALM. Mitch Lucker (Suicide Silence) juga memakai produk asal Jakarta ini, wow.
Selain Berjaya di negeri sendiri , brand yang dimotori oleh Max Crooz asal Jakarta ini juga telah menginjakan kakinya di negeri-negeri tetangga seperti Singapore, Malaysia, Philiphines, Thailand bahkan Jepang.
Berawal dari kecintaan pada surfing, skateboard, dan desain sekelompok desainer dan artis, membuat label clothing dengan nama 347boardrider.co di tahun 1996. Kecintaan tersebut tentulah menjadi refleksi dalam setiap desain.
Seperti halnya sejarah clothing yang kuat karena komunitas, sekelompok orang ini pun menjual produknya berdasarkan pesanan-pesanan di katalog yang mereka buat.
Hingga akhirnya di tahun 1999, mereka bisa mendirikan outlet sendiri. Masa inilah bisa dikatakan sebagai pionir keberadaan label clothing, tak hanya di Bandung tapi Indonesia. Namun di tahun ini 347boarrider.co pun diubah hanya dengan nama 347.
Sebagai kumpulan anak-anak muda. 347 tak hanya berkutat di seputar bisnis tapi menjadi media bagi anak muda Bandung untuk menumpahkan gagasan dalam bentuk Ripple Magazine. Di mana di dalamnya tertuang hal-hal tentang anak muda Bandung yang tak terbaca oleh media lainnya.
Di sana, mereka mencatat sudut-sudut pandang lain tentang dunia mereka. Di tahun yang sama mereka memproduksi sepatu dengan label 'Indicator Shoes' yang desainnya terinsipirasi skateboarding dan musik rock. Pada tahun 2001, 347 membuka label Boyriders khusus untuk perempuan tapi hanya bisa bertahan satu tahun.
Menurut Yogi, 347 mulai melakukan ekspansi ke luar Bandung sekitar tahun 2000-an yaitu ke Jakarta. Saat ini produk-produk 347 sudah menyebar ke berbagai pelosok tanah air.
Ouval Research didirikan oleh tiga anak muda yaitu M. Rizki Yanuar,Firman Firdaus, dan Arif Maskom pada tahun 1997. Ketiganya adalah pemain skateboard. Berawal dari keinginan mereka untuk memenuhi kebutuhan komunitas skateboard. Maka lahirlah ide-ide kreatif dan inovatif hasil pemikiran idealis dari ketiga anak muda itu.
Kisah sukses ini diawali dengan hasil patungan yang menghasilkan modal sebesar Rp. 200 ribu. Dari modal kecil itu mengalirlah kaos dan sweater karya-karya kreatif dari Ouval, yang dimulai dengan melayani usaha sesuai dengan pesanan dari konsumen juga dengan sistem konsinyasi.
Hingga pada tahun 2000 Ouval Research membuka toko sendiri di Jalan Buah Batu, Bandung dengan modal Rp. 20 juta untuk sewa tempat, disain ruangan dan persediaan barang. Dari sinilah mereka mengawali sukses sebagai pebisnis clothing dengan design kaos dan design sweater yang sukses. Disusul pada tahun 2003 Ouval mengembangkan usahanya dengan membuka toko lagi di di Jalan Sultan Agung, kawasan elit di Bandung, dengan modal Rp. 60 juta. Toko ini yang menjadi perpanjangan distribusi produk kaos dan sweater melalui berbagai distro diluar Bandung
Produk-produk kaos dan sweater Ouval Research telah menyebar lebih dari 100 distro di seluruh Indonesia. Apa yang membuat Ouval Research begitu sukses melakukan penetrasi pasar? Inilah rahasia sukses mereka “Kami Limited Edition” konsumen diberikan pelayanan yang special dengan desain produk yang terbatas tidak banyak ditemukan secara mudah. Ouval Research hanya mengeluarkan 30 design kaos atau sweater setiap bulannya dan tiap kaos dan sweater-nya hanya diproduksi sebanyak 50 sampai 100 buah saja.
Peter Says Denim merupakan brand asal kota Bandung yang berdiri sejak bulan November 2008 dan pemiliknya adalah Peter Firmansyah. Pria asal Sumedang ini sejak SMA memang gemar untuk mengubek-ubek pakaian di pedangang kaki lima, tapi sekarang pria ini sudah berhasil membuat brand sendiri, dan terkenal di Luar Negeri.
Tak butuh waktu relatif lama. Semua itu mampu dicapai Peter hanya dalam waktu 1,5 tahun sejak ia membuka usahanya pada November 2008. Kini, jins, kaus, dan topi yang menggunakan merek Petersaysdenim, bahkan, dikenakan para personel kelompok musik di luar negeri.
Hasrat Peter terhadap busana bermutu tumbuh saat ia masih SMA. Peter yang selesai SMA lalu dia menjadi pegawai toko pada tahun 2003 di surfing industry yang membuat produk seperti Rip Curl, Volcom, Globe, hingga Rusty. Untuk mempromosikan brand produknya, Peter Firmasnyah memanfaatkan internet dengan cara memanfaatkan fungsi jejaring sosial di internet, seperti Facebook, Twitter, dan surat elektronik untuk promosi dan berkomunikasi dengan pengguna Petersaysdenim. Strategi lain yang bisa dilakukan Peter adalah dengan meng- endorse band-band lokal maupun internasional.
Kepandaian bergaul dan sedikit kemampuan marketing membuat brand PSD pun semakin berkibar.Ini merupakan salah satu kebanggan bagi masyarakat Indonesia, untuk bangga terhadap produk lokal, serta menjadi pembelajaran bagi para generasi muda Indonesia.
2. Airplane System
Distro yang mulai muncul pada tahun 90-an tetap eksis hingga kini. Salah satunya distro Airplane, di Jalan Aceh No 44, Bandung.
Dimotori oleh tiga sahabat yang senang berkreasi sendiri membuat T’shirt dan celana, Fiki Chikara Satari, Helvi, dan Colay, akhirnya mengusung merek Airplane. Dengan modal awal Rp 300 ribu, mereka pasarkan kaos buatan sendiri itu di lingkungan terbatas.
Melihat animo yang bagus, akhirnya pada 2001 atau tiga tahun setelah usahanya dirintis, Fiki dan dua sahabatnya menyewa sebuah tempat di Jalan Aceh 44. “Sewa awalnya dulu hanya Rp 6 juta per tahun, sekarang sudah Rp 60 juta per tahun,” ungkapnya.
Menurut Fiki, bertahan selama 10 tahun memang bukan hal yang mudah di tengah-tengah persaingan antara factory outlet dan mall-mall di Bandung. “Distro sendiri jumlahnya sudah mencapai 300-an. Biar merek kami tetap bisa eksis, kami harus melakukan inovasi terus,” ujarnya. Kini Airplane telah memasok ke 94 distro yang ada di Indonesia.
Sejak 2007, kata dia, Airplane memakai konsep season. Setiap empat bulan satu kali, dibuat tema khusus. “Untuk season awal tahun ini adalah ’seduce you good’. Kami ingin menjadikan awal tahun ini sangat menggoda, tentunya dalam konotasi yang baik,” tuturnya.
Tetap dengan mengusung model yang simpel, T’shirt, celana denim, hingga jaket semua dibuat sedikit ‘menggoda’. Menurut Direktur Kreatif Airplane Gino Herriansyah, warna yang mendominasi pada season kali ini adalah biru, merah, dan kuning. “Dengan adanya tema, memudahkan kami pada saat promosi,” cetus Gino.
Kini jumlah karyawan Airplane sudah mencapai 54 orang. Dengan keseriusan dan inovasi yang terus diasah, Fiki optimistis usahanya akan tetap bertahan di tengah persaingan usaha yang sudah tidak ramah l'agi.
3. Crooz
Brand yang udah menapaki kakinya di blantika industri kreatif Indonesia sejak tahun 2003 silam ini sudah tidak diragukan lagi keberadaannya sebagai barometer clothingan di Indonesia, mengingat sudah luasnya marketing dan supporting mereka terhadap band dalam maupun luar negeri sebut saja kalau di Indonesia ada Thirteen, PWG dan Sweet As Revenge bahkan rumor mengatakan Sang Legendaris ALM. Mitch Lucker (Suicide Silence) juga memakai produk asal Jakarta ini, wow.
Selain Berjaya di negeri sendiri , brand yang dimotori oleh Max Crooz asal Jakarta ini juga telah menginjakan kakinya di negeri-negeri tetangga seperti Singapore, Malaysia, Philiphines, Thailand bahkan Jepang.
4.unk347
Berawal dari kecintaan pada surfing, skateboard, dan desain sekelompok desainer dan artis, membuat label clothing dengan nama 347boardrider.co di tahun 1996. Kecintaan tersebut tentulah menjadi refleksi dalam setiap desain.
Seperti halnya sejarah clothing yang kuat karena komunitas, sekelompok orang ini pun menjual produknya berdasarkan pesanan-pesanan di katalog yang mereka buat.
Hingga akhirnya di tahun 1999, mereka bisa mendirikan outlet sendiri. Masa inilah bisa dikatakan sebagai pionir keberadaan label clothing, tak hanya di Bandung tapi Indonesia. Namun di tahun ini 347boarrider.co pun diubah hanya dengan nama 347.
Sebagai kumpulan anak-anak muda. 347 tak hanya berkutat di seputar bisnis tapi menjadi media bagi anak muda Bandung untuk menumpahkan gagasan dalam bentuk Ripple Magazine. Di mana di dalamnya tertuang hal-hal tentang anak muda Bandung yang tak terbaca oleh media lainnya.
Di sana, mereka mencatat sudut-sudut pandang lain tentang dunia mereka. Di tahun yang sama mereka memproduksi sepatu dengan label 'Indicator Shoes' yang desainnya terinsipirasi skateboarding dan musik rock. Pada tahun 2001, 347 membuka label Boyriders khusus untuk perempuan tapi hanya bisa bertahan satu tahun.
Menurut Yogi, 347 mulai melakukan ekspansi ke luar Bandung sekitar tahun 2000-an yaitu ke Jakarta. Saat ini produk-produk 347 sudah menyebar ke berbagai pelosok tanah air.
5. Ouval RSCH
Ouval Research didirikan oleh tiga anak muda yaitu M. Rizki Yanuar,Firman Firdaus, dan Arif Maskom pada tahun 1997. Ketiganya adalah pemain skateboard. Berawal dari keinginan mereka untuk memenuhi kebutuhan komunitas skateboard. Maka lahirlah ide-ide kreatif dan inovatif hasil pemikiran idealis dari ketiga anak muda itu.
Kisah sukses ini diawali dengan hasil patungan yang menghasilkan modal sebesar Rp. 200 ribu. Dari modal kecil itu mengalirlah kaos dan sweater karya-karya kreatif dari Ouval, yang dimulai dengan melayani usaha sesuai dengan pesanan dari konsumen juga dengan sistem konsinyasi.
Hingga pada tahun 2000 Ouval Research membuka toko sendiri di Jalan Buah Batu, Bandung dengan modal Rp. 20 juta untuk sewa tempat, disain ruangan dan persediaan barang. Dari sinilah mereka mengawali sukses sebagai pebisnis clothing dengan design kaos dan design sweater yang sukses. Disusul pada tahun 2003 Ouval mengembangkan usahanya dengan membuka toko lagi di di Jalan Sultan Agung, kawasan elit di Bandung, dengan modal Rp. 60 juta. Toko ini yang menjadi perpanjangan distribusi produk kaos dan sweater melalui berbagai distro diluar Bandung
Produk-produk kaos dan sweater Ouval Research telah menyebar lebih dari 100 distro di seluruh Indonesia. Apa yang membuat Ouval Research begitu sukses melakukan penetrasi pasar? Inilah rahasia sukses mereka “Kami Limited Edition” konsumen diberikan pelayanan yang special dengan desain produk yang terbatas tidak banyak ditemukan secara mudah. Ouval Research hanya mengeluarkan 30 design kaos atau sweater setiap bulannya dan tiap kaos dan sweater-nya hanya diproduksi sebanyak 50 sampai 100 buah saja.